Cerita dari Sebuah Kamar di RS Karima Utama Solo

Cerita dari Sebuah Kamar di RS Karima Utama Solo - Hallo sahabat Berita Wawancara, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Cerita dari Sebuah Kamar di RS Karima Utama Solo, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Artikel Kabar, Artikel Berita, Artikel Berita Wawan cara, Artikel Fenomena, Artikel Indonesia, Artikel Islam, Artikel Islami, Artikel Muslim, Artikel Politik, Artikel Ragam, Artikel Unik, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Cerita dari Sebuah Kamar di RS Karima Utama Solo
link : Cerita dari Sebuah Kamar di RS Karima Utama Solo

Baca juga


Cerita dari Sebuah Kamar di RS Karima Utama Solo


Tak biasanya handphoneku berbunyi pada dini hari. Tertera nama Kokok di layar smartphone. Perasaan saya sudah nggak enak. Ngapain juga adikku menelpon malem-malem gini, pasti ada  berita yang tidak menyenangkan dan urgent sehingga dia harus menelpon saya pukul 2 malam.

"Kenapa Om?" langsung saya bertanya pada adik setelah saya pencet icon angkat telpon berwarna hijau. 

"Rapopo mbak" dia tak langsung menjawab, seperti mengambil napas

"Ngopo e gek ngomong" saya sudah nggak sabar menunggu kabar yang bakal dia beritakan

"Anu mbak, Ibuk mau kesrempet uwong, tapi rapopo, wis digowo neng Solo, sesuk operasi" lalu diam

"Tapi Ibuk sadar tho? Ra berdarah-darah tho?" saya tak bisa mengendalikan diri untuk tidak bertanya

"Ora mbak, sadar og" saya agak tenang mendengar penjelasan dia

"Ya syukur, besok siang tak ngetan" saya menutup perbincangan yang membuat saya begitu sedih

***

Saya terduduk lemas, saya membayangkan Ibuk saya tergolek tak berdaya. Perempuan yang terlihat semakin menua karena akhir-akhir ini agak susah makan membayangi pikiran saya. Seharusnya Ibuk bersenang-senang, sebentar lagi mau pasang gigi palsu. Hal yang dia idamkan selama ini, tapi karena harganya lumayan mahal, Bapak saya baru bisa membelikan akhir bulan Oktober lalu. Rencananya. Tapi rencana tinggal rencana, Ibuk saya keburu terbaring di rumah sakit dan semalaman saya tidak bisa tidur menunggu pagi.

Selasa pagi saya tetap ngantor seperti biasa. Paginya saya punya kewajiban mengantar Mas Nathan sekolah dan menyelesaikan pekerjaan di kantor. Jam 11 saya meninggalkan kantor langsung menuju ke Klaten, ke rumah orang tua saya.

Jarak Bantul Solo terasa semakin jauh. Rasanya tak sabar ingin segera melihat kondisi Ibuk. Tapi jarak Bantul ke Solo lumayan jauh, rasanya saya nggak kuat kalau harus motoran sendirian. Akhirnya saya putuskan ke Klaten dulu dan berangkat ke Solo bareng Bapak dan adek.

Ohya, teman-teman sedikit cerita, Ibuk saya tertabrak orang sore harinya saat mau membeli makanan didekat rumah. Sangat sepele. Ibu saya mengalami musibah hanya berjarak 10 meter dari rumah. Jalan yang sudah bisa dia sebrangi sejak kecil. Sudah lebih 60 tahun ibuk tinggak disitu. Tapi baru sekali ini mengalami kecelakaan. Namanya musibah, memang tak ada yang tahu.

Yang menabrak masih muda, tapi dia tak berani mengurus jasa raharja karena harus berurusan dengan polisi. Akhirnya keluarganya membantu biaya meski hanya separuh. Padahal jika memakai jasa raharja bisa tercover hingga 20 juta. Bapak saya orang yang sabar. Berapapun bantuan diterima.

"Wis ben, sangkan paran ya Pin" kata bapak. Pin adalah nama panggilanku, Aprin, tapi Bapak juga memanggil Ibuk dengan nama panggilan yang sama.

*** 

"Piye Ibuk, Pak?"  Saya sudah tak sabar ingin mendengar kabar tentang Ibuk. Bapak yang sudah semalaman berjaga di rumah sakit menyempatkan istirahat beberapa jam sebelum balik ke rumah sakit untuk menunggui Ibuk operasi.

"Yo ngono kae, kudu operasi" Bapak terlihat lemas, sayap-sayapnya nampak patah. Malaikat penjaganya, yang selalu menjaga Bapak sedang tergolek di rumah sakit, kekuatan di keluarga adalah Ibu. Center of power adalah Ibuk. Saat beliau lemah otomatis seluruh daya di keluarga ikut lemah.

Pukul 2 siang kami bertiga, saya, bapak dan adik bungsu berangkat ke RS Karima Utama Surakarta. Pertimbangan keluarga memilih RS Karima Utama karena RS ini khusus bedah tulang, dan milik keluarga yang mendirikan RS Orthopedi Solo serta RS  Kustati yang juga terkenal menangani operasi tulang.

Untuk mendapat kamar di RS Karima Utama cukup sulit karena selalu full bahkan harus mengantri. Pasiennya juga datang dari luar kota, bukan sekedar dari Klaten atau Solo saja.Setelah menunggu semalam akhirnya Ibuk bisa dapat kamar dengan syarat sistem pembayarannya paket, jadi biaya operasi dan kamar sudah jadi satu  sebesar 25 juta rupiah.   

Biasanya RS meminta uang muka sebelum tindakan operasi tapi di RS Karima kami tidak dimintai biaya apapun walaupun sudah tindakan pengobatan, semua dibayarkan saat pasien boleh pulang. Sistem ini tidak memberatkan terutama bagi pasien kurang mampu, tindakan operasi bisa langsung dilakukan meski belum ada pembayaran.

Sesampai di RS saya sudah nggak sabar untuk menemui Ibu. Meskipun belum jam besuk tapi pengunjung bisa masuk ke ruang rawat inap. Karena frekuensi operasi di RS Karima terbilang banyak sehingga pasien yang pulang pergi juga banyak dan bagi yang operasi ringan mereka hanya menginap setengah hari sampai menunggu giliran dioperasi.


Di rumah sakit sudah ada kedua adik saya dan adik ipar. Ibuk dalam keadaan sadar. Kaki dan tangan dibalut perban. Beliau mengeluh kakinya sakit. Tapi saya dan adik-adik berusaha menghibur Ibuk dan memberi kekuatan.


Kami bertiga, saat yg Sulawesi belum dateng

Ruangan kelas 1 di RS Karima Utama sudah berAC, kamar hanya dipisahkan oleh pembatas seperti triplek tebal, atap jadi satu sehingga suasana berisik dari kamar lain sangat jelas terdengar dan cukup mengganggu. Ibu tidak bisa istirahat malamnya karena suara orang mengorok sangat jelas terdengar. Sedih.

Sorenya adik saya yang dari Sulawesi datang, rencananya semingu lagi dia dan istrinya pulang Jogja. Mereka berencana melahirkan disini, tapi karena ada berita Ibuk kecelakaan adik saya memajukan perjalanan pulangnya dengan resiko reschedule tiket pesawat.

Saya dan adek saya yang di Sulawesi

Jarang kami semua bisa berkumpul bersama. Terlebih adik saya yang Sulawesi pulang ke Jogja hanya setengah tahun sekali. Sayang kami berkumpul di moment yang bisa dibilang membuat kami sedih. Tapi, meskipun harusnya kami bersedih, saat ngumpul-ngumpul kami tetap bercanda dan membuat Ibuk tertawa, setidaknya Ibuk bisa melupakan rasa sakit yang beliau tanggung melihat anak-anaknya tertawa dan berkumpul bersama.

Ibuk mendapat jadwal operasi setelah jam 6 sore. Kami sudah bersiap-siap dan menunggu perawat datang. Hingga menit berganti. Jam bertambah. Bertambah pula saudara yang ikut menunggui operasi Ibuk. 

Satu persatu dari kamar sebelah sudah didatangi perawat tetapi Ibuk saya belum juga didatangi perawat. Pukul 8 malem ada dokter anestesi yang datang untuk mengecek kondisi Ibuk. Beliau bilang jika kondisi Ibuk baik. Kami tenang.


Hingga pukul 11 malam barulah perawat datang, mengganti baju Ibuk dengan baju operasi kemudian membawa Ibuk ke ruang operasi. Dari informasi ruang sebelah ternyata urutan operasi berdasarkan pendaftaran. Banyak pasien yang memang tidak menginap karena keterbatasan ruangan, terlebih yang cuma operasi kecil sepereti retak atau hanya tangan yang patah hingga bisa dibawa pulang terlebih dahulu. So, meski kayaknya Ibuk saya sudah menginap dari semalam dan pasien lain baru datang siang, tapi mereka yang duluan operasi karena mereka sudah daftar duluan, hanya saja datang ke rumah sakit menjelang operasi.
 
Menunggu Ibuk operasi, kami berdoa sambil sesekali gojekan



Ruang operasi letaknya tak jauh dari kamar. RS Karima Utama memang tidak terlalu luas dan justru ini memudahkan pasien. Saya agak males di RS super besar yang harus berjalan jauh untuk menuju ke ruang-ruang lain seperti lab, kantin atau ruang admininstrasi.

Mas dan mbak ponakan serta adik ipar saya yang mulai terkantuk di jam 1 dini hari

Ibuk langsung dibawa ke ruang operasi. Kami menunggu di ruang tunggu yang sudah penuh dengan keluarga pasien. Ohya, menurut informasi disore hari dokter hanya membatasi 10 saja. Ehm, saya membayangkan betapa lelahnya dokter ya, seharian sudah praktik dan malamnya masih harus mengoperasi banyak pasien. Bisa jadi mereka hanya tidur 3 jam dalam sehari.

Menunggu itu suatu pekerjaan yang sangat membosankan. Dan menunggui orang operasi bukanlah hal yang membosankan tetapi sebuah penantian yang membuat jantung berdebar. Ketika duduk di ruang tunggu operasi, mungkin tak kasat mata doa-doa dari hati para penunggu beterbangan ke langit. Menuju ke sang penguasa dunia. Saat berada di titik terendah, apa sih yang bisa dilakukan manusia selain berdoa meminta kebaikan dari Sang Ilahi?


Setiap pintu ruang operasi dibuka, saya langsung bergerak dari tempat duduk. Melihat apakah yang keluar Ibuk atau bukan. Sungguh suatu teka-teki, menebak-nebak dan itu sangat tidak menyenangkan. Pukul setengah dua Ibuk sudah keluar dari RS, tempat tidur didorong oleh dua perawat. Sampai di kamar mereka memberi pesan jika Ibuk boleh minum setelah 3 jam dan hanya boleh makan sedikit-sedikit. 

Sesampai di kamar, tragedi di mulai. Suara anak kecil menangis, berteriak kesakitan mulai terdengar. Dari kamar sebelah lagi anak muda menjerit-jerit menahan sakit. Kamar sebelah lagi mulai merintih perlahan. Sungguh, hati saya ikut sakit. Ikut teriris. Rupanya efek obat bius mulai hilang dan mereka mulai merasakan sakit pada luka bekas operasi.

Ibuk masih terlelap, efek obat bius Ibuk belum hilang. 

Suara tangisan dan rintihan masih terdengar. Kata adik saya, setelah operasi dan efek obat bius hilang maka yang terasa adalah tubuh seperti diiris-iris, dan nyeri tak terkatakan. Ehm saya hanya bisa bergidik. Karena saya baru sekali ini menyaksikan orang habis operasi.

Setengah jam kemudian Ibuk mulai bergerak. Ibuk saya yang tak pernah mengeluh mulai merasa kesakitan. Beliau mendesis dan mulai menyebut nama Pangerannya "Duh Gusti paringono kuat" sembari menahan sakit.



"Aduh, loro banget" Ibuk mengeluh kesakitan. Dia juga mulai merasa kedinginan. Adik saya yang paling besar memeluk Ibu , memegang erat tangannya yang dingin. Meskipun saya anak perempuan sendiri tapi ketiga adik saya yang cowok juga sangat dekat dengan Ibuk. Kami berempat sangat dekat dengan Ibuk. Bahkan adik saya yang bungsu meski badannya segede gajah kalau tidur sukanya ngelonin Ibuk.

Jujur, saya nggak kuat mendengar Ibuk kesakitan. Saya menunggu di luar kamar dan Ibuk ditemani adik saya. 

Semakin lama rasa sakit semakin terasa ketika efek obat bius benar benar hilang. Ibuk beberapa kali menanyakan tentang kapan minum obat nyeri. Kakinya serasa dirajang kata Ibuk dan aku bergidik. "Tuhan jika boleh biarlah rasa sakit itu aku yang tanggung saja, biarlah Ibuk tidak merasakan sakit" ujarku dalam hati. Seolah-olah saya bisa mendikte Tuhan.

Ibuk mencari-cari Bapak. Padahal sudah ada kami 4 anaknya yang menunggui. Rupanya saat keadaan drop, bagaimanapun yang dicari adalah belahan jiwanya.

Adik saya mencari Bapak dan ternyata ketiduran di ruang tunggu operasi. Kami tak tega membangunkan, beliau terlihat letih setelah dua hari didera cobaan.

***

Hari ketiga saya tidak bisa menunggui Ibuk. Saudara-saudara, kerabat sudah mulai berdatangan menjenguk Ibuk, memberi support. Terimakasih tak terhingga bagi keluarga besar Bani Tjasmadi yang dari jauh mau meluangkan waktu menengok Ibuk di rumah sakit, kedatangan kalian sungguh memberi kekuatan dan kegembiran tersendiri, Ibuk merasa disayang dan diperhatikan oleh banyak orang.

Malam harinya Ibuk sudah bisa pulang. 

Ini bukanlah akhir tapi permulaan dimana Ibuk harus melawan rasa sakit, rasa sedih menjadi tak sama lagi dan memiliki keterbatasan. 

Terimakasih buat semua yang sudah membantu, sanak saudara, kerabat dan tetangga yang memberi perhatian dan rasa sayangnya pada Ibuk. Untuk ketiga adikku, untuk adik-adik iparku dengan segala pengorbanannya. Semoga Ibuk segera pulih seperti dulu. 

Terimakasih pula bagi dokter dan paramedis yang membantu operasi Ibuk, semoga Tuhan membalas kebaikan saudara.


Demikianlah Artikel Cerita dari Sebuah Kamar di RS Karima Utama Solo

Sekianlah artikel Cerita dari Sebuah Kamar di RS Karima Utama Solo kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Cerita dari Sebuah Kamar di RS Karima Utama Solo dengan alamat link http://beritawawancara.blogspot.com/2018/12/cerita-dari-sebuah-kamar-di-rs-karima.html

Subscribe to receive free email updates:

1 Response to "Cerita dari Sebuah Kamar di RS Karima Utama Solo"

  1. SALAM SEJAHTERA UKTUK ANDA SEMUA

    Pesugihan togel atau bocoran togel dunia KI AGENG SUKMO

    Di internet dan di surat kabar,dan media masa,banyak sekali iklan mengenai pesugihan,paranormal yang mengaku bisa membantu semua problem anda.akan tetapi semua hanya modus penipuan belaka. banyak orang yang sudah susah,hutang mnumpuk dan datang ke dukun atu paranormal tetapi hanya diberi janji manis belaka.

    Izinkan kami membantu anda semua dengan dengan angka ghoib hasil ritual, Dengan bantuan supranatural bisa menhasilkan angka ghoib hasil ritual yang sangat mengagumkan, Bisa menerawang angka yang akan keluar untuk, Toto malaysia, Magnum 4D, Singapura, Hongkong, Sydnay, Korea, Macau, Laos, Brunai, Thailand dll.

    Kami bekerja tiada henti Untuk Bisa menembus Angka yang bakal Keluar. dengan Jaminan 100% gol / Tembus!

    Tapi Ingat Kami Hanya Memberikan Angka Ritual Kami Hanya Kepada Anda Yang Benar-benar dengan Sangat Membutuhkan Angka Ritual Kami.

    Kunci Kami Anda Harus OPTIMIS Angka Bakal. Tembus.Hanya dengan Sebuah Optimis Anda bisa Menang!


    Apakah anda termasuk yang tercantum di bawah ini?

    1. Di Lilit Hutang

    2. Selalu kalah Dalam Bermain Togel

    3. Barang berharga Anda udah Habis Buat Judi Togel

    4. Anda Udah ke mana-mana tapi tidak menghasilkan Solusi yang tepat

    Jangan putus asa anda sudah beradah di blog KI AGENG SUKMO

    Ingat!!! Kesempatan tidak akan datang ke-2 kalinya!!!


    Anda ingin menjadi pemenang berikutnya?

    Silahkan hubungi KI AGENG SUKMO di: 0823 3891 2632

    KI AGENG SUKMO akan memberikan angka ghoib hasil ritual, 2D, 3D, 4D, Toto Malaysia 4D, 5D, 6D, Magnum 4D, Singapura, Hongkong, Sydnay, Korea, Macau, Laos, Brunai, Thailand dll. Dengan jaminan 100% tembus.

    SYARAT PESUGIHAN TOGEL KI AGENG SUKMO


    - Umur minimal 17 tahun (tanpa kecuali)

    - Mempunyai rekening Bank.

    - Mempunyai hutang atau problem

    - Menyiapkan mahar,mahar tergantung angka yang di iginkan

    - Proses ritual 1-2 hari



    PROSES PESUGIHAN

    - Bayar biaya ritual

    - Kami mulai ritual pengajuan pesugihan

    - Menunggu diterima atau tidaknya pengajuan

    - Pencairan uang akan langsung ditransfer ke rekening pemohon.

    Adapun Besar Biayanya tergantung Paket Yang Anda minta :

    PAKET 2D : Rp 500,000

    PAKET 3D : Rp 1,000,000

    PAKET 4D : Rp 1,500,000

    PAKET 6D : Rp 2,000,000

    Apabila anda berminat dan ingin ikhtiar bersama kami. silahkan anda daftar terlebih dahulu agar kami bisa atur jadwal ritual anda.


    CARA DAFTAR MENJADI MEMBAR ATAU KOSULTASI

    Ketik : Nama#

    Alamat#

    Umur#

    Weton (hari dan pasaran)

    Kirim Ke : 082338912632


    BalasHapus