Judul : [Global] 30 Tahun Pemerintahan Otokratik dan Hasil Ekonomi yang Tidak Merata
link : [Global] 30 Tahun Pemerintahan Otokratik dan Hasil Ekonomi yang Tidak Merata
[Global] 30 Tahun Pemerintahan Otokratik dan Hasil Ekonomi yang Tidak Merata
Akar Kerusuhan Kazakhstan
Militer dikerahkan keluar barak untuk menjaga keamanan di pusat-pusat kota. [REUTERS/MARIYA GORDEYEVA via DW INDONESIA] ★
Selama hampir 30 tahun Kazakhstan dipimpin oleh pemimpin otokratik Nursultan Nazarbayev, sebelum dia mengundurkan diri tahun 2019 dan menyerahkan kekuasaan kepada loyalisnya Kassym-Jomart Tokayev.
Pada hari Minggu (2/1/2022), beberapa ratus penduduk di kota Zhanaozen berunjuk rasa memprotes kenaikan harga bahan bakar gas cair.
Tidak ada yang menyangka, bahwa aksi protes itu mendadak menjalar ke kota-kota lain dan kini menjerumuskan negara itu dalam krisis terbesarnya.
Demonstran di kota terbesar Almaty mengamuk dan membakar istana presiden. Militer dikerahkan untuk mengamankan situasi. Puluhan korban diberitakan tewas, ratusan luka-luka, dan lebih dua ribu orang ditahan. Namun, tidak ada infromasi yang jelas.
Presiden Kassym-Jomart Tokayev pada Rabu (5/1/2022) berjanji untuk mengatasi masalah, setelah pemerintahan mengundurkan diri. Keadaan darurat kini diberlakukan di wilayah-wilayah yang dilanda aksi protes massal. Apa yang sebenarnya terjadi?
Hasil ekonomi hanya dinikmati sekelompok elite
Sebuah mobil hangus dibakar massa perusuh di salah satu pusat pemerintahan di Kota Almaty, Kazakhstan. Gambar ini diambil pada Jumat (7/1/2022) lalu. [Reuters] ★
Di kota Zhanaozen sepuluh tahun lalu sudah pernah meletus kerusuhan sengit, ketika pekerja minyak melancarkan aksi mogok menuntut kenaikan gaji dan perbaikan situasi mereka. Belasan orang tewas ketika itu, ketika aparat dikerahkan untuk membubarkan aksi protes dengan kekerasan.
Kali ini, penduduk Zhanaozen turun memprotes kenaikan drastis harga gas pada pergantian tahun. Pemerintah, yang saat ini sudah mengundurkan diri, ketika itu mengatakan, kenaikan harga disebabkan oleh lonjakan permintaan dan penyusutan produksi.
Sejak lama Kazakhstan menghadapi sejumlah masalah, terutama di sektor energi. Tahun lalu, produksi listrik dalam negeri tidak cukup memenuhi permintaan, sehingga dilakukan pemadaman listrik secara bergilir.
Harga makanan sudah naik beberapa bulan sebelumnya. Pemerintah Kazakhstan ketika itu mengeluarkan larangan ekspor hewan ternak, kentang, dan wortel untuk melayani permintaan dalam negeri.
Pemerintahan otokratik tiga dekade
Peta Kazakhstan.(DW INDONESIA)
Krisis saat ini muncul saat Kazakhstan berada dalam masa transisi. Selama tiga dekade, negara itu dipimpin oleh Nursultan Nazarbayev, yang sekarang didaulat sebagai Bapak Bangsa. Nursultan Nazarbayev di era Uni Soviet sudah menjabat sebagai perdana menteri, dia juga memimpin Partai Komunis Kazakhstan.
Nursultan Nazarbayev kemudian muncul sebagai pemimpin yang otoriter, tetapi mampu menjamin stabilitas dan menarik investasi asing. Banyak perusahaan asing yang melakukan investasi di sekor minyak dan gas. Namun, hasil perekonomian kebanyakan hanya dinikmati oleh keluarga besarnya dan sekelompok kecil pejabat yang setia kepada Nazarbayev. Sebagian besar warganya tetap hidup dalam kemiskinan.
Nazarbayev memindahkan ibu kota dari Almaty, kota terbesar di Kirgizstan, ke kota Astana yang namanya diganti menjadi kota Nur-Sultan.
Dia menyatakan pengunduran diri tahun 2019 pada usia 81 tahun dan menyerahkan tingkat kepemimpnan kepada loyalisnya, presiden saat ini Kassym-Jomart Tokayev.
Banyak pengamat menilai, Nazarbayev masih mengendalikan negara ini dari belakang layar. Saat ini dia menjabat sebagai Ketua Dewan Keamanan Nasional, dan seorang anak lelakinya ditunjuk sebagai wakilnya.
Militer dikerahkan keluar barak untuk menjaga keamanan di pusat-pusat kota. [REUTERS/MARIYA GORDEYEVA via DW INDONESIA] ★
Selama hampir 30 tahun Kazakhstan dipimpin oleh pemimpin otokratik Nursultan Nazarbayev, sebelum dia mengundurkan diri tahun 2019 dan menyerahkan kekuasaan kepada loyalisnya Kassym-Jomart Tokayev.
Pada hari Minggu (2/1/2022), beberapa ratus penduduk di kota Zhanaozen berunjuk rasa memprotes kenaikan harga bahan bakar gas cair.
Tidak ada yang menyangka, bahwa aksi protes itu mendadak menjalar ke kota-kota lain dan kini menjerumuskan negara itu dalam krisis terbesarnya.
Demonstran di kota terbesar Almaty mengamuk dan membakar istana presiden. Militer dikerahkan untuk mengamankan situasi. Puluhan korban diberitakan tewas, ratusan luka-luka, dan lebih dua ribu orang ditahan. Namun, tidak ada infromasi yang jelas.
Presiden Kassym-Jomart Tokayev pada Rabu (5/1/2022) berjanji untuk mengatasi masalah, setelah pemerintahan mengundurkan diri. Keadaan darurat kini diberlakukan di wilayah-wilayah yang dilanda aksi protes massal. Apa yang sebenarnya terjadi?
Hasil ekonomi hanya dinikmati sekelompok elite
Sebuah mobil hangus dibakar massa perusuh di salah satu pusat pemerintahan di Kota Almaty, Kazakhstan. Gambar ini diambil pada Jumat (7/1/2022) lalu. [Reuters] ★
Di kota Zhanaozen sepuluh tahun lalu sudah pernah meletus kerusuhan sengit, ketika pekerja minyak melancarkan aksi mogok menuntut kenaikan gaji dan perbaikan situasi mereka. Belasan orang tewas ketika itu, ketika aparat dikerahkan untuk membubarkan aksi protes dengan kekerasan.
Kali ini, penduduk Zhanaozen turun memprotes kenaikan drastis harga gas pada pergantian tahun. Pemerintah, yang saat ini sudah mengundurkan diri, ketika itu mengatakan, kenaikan harga disebabkan oleh lonjakan permintaan dan penyusutan produksi.
Sejak lama Kazakhstan menghadapi sejumlah masalah, terutama di sektor energi. Tahun lalu, produksi listrik dalam negeri tidak cukup memenuhi permintaan, sehingga dilakukan pemadaman listrik secara bergilir.
Harga makanan sudah naik beberapa bulan sebelumnya. Pemerintah Kazakhstan ketika itu mengeluarkan larangan ekspor hewan ternak, kentang, dan wortel untuk melayani permintaan dalam negeri.
Pemerintahan otokratik tiga dekade
Peta Kazakhstan.(DW INDONESIA)
Krisis saat ini muncul saat Kazakhstan berada dalam masa transisi. Selama tiga dekade, negara itu dipimpin oleh Nursultan Nazarbayev, yang sekarang didaulat sebagai Bapak Bangsa. Nursultan Nazarbayev di era Uni Soviet sudah menjabat sebagai perdana menteri, dia juga memimpin Partai Komunis Kazakhstan.
Nursultan Nazarbayev kemudian muncul sebagai pemimpin yang otoriter, tetapi mampu menjamin stabilitas dan menarik investasi asing. Banyak perusahaan asing yang melakukan investasi di sekor minyak dan gas. Namun, hasil perekonomian kebanyakan hanya dinikmati oleh keluarga besarnya dan sekelompok kecil pejabat yang setia kepada Nazarbayev. Sebagian besar warganya tetap hidup dalam kemiskinan.
Nazarbayev memindahkan ibu kota dari Almaty, kota terbesar di Kirgizstan, ke kota Astana yang namanya diganti menjadi kota Nur-Sultan.
Dia menyatakan pengunduran diri tahun 2019 pada usia 81 tahun dan menyerahkan tingkat kepemimpnan kepada loyalisnya, presiden saat ini Kassym-Jomart Tokayev.
Banyak pengamat menilai, Nazarbayev masih mengendalikan negara ini dari belakang layar. Saat ini dia menjabat sebagai Ketua Dewan Keamanan Nasional, dan seorang anak lelakinya ditunjuk sebagai wakilnya.
★ Kompas
Demikianlah Artikel [Global] 30 Tahun Pemerintahan Otokratik dan Hasil Ekonomi yang Tidak Merata
Sekianlah artikel [Global] 30 Tahun Pemerintahan Otokratik dan Hasil Ekonomi yang Tidak Merata kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel [Global] 30 Tahun Pemerintahan Otokratik dan Hasil Ekonomi yang Tidak Merata dengan alamat link https://beritawawancara.blogspot.com/2022/01/global-30-tahun-pemerintahan-otokratik.html
0 Response to "[Global] 30 Tahun Pemerintahan Otokratik dan Hasil Ekonomi yang Tidak Merata"
Posting Komentar