Selalu Melibatkan Allah

Selalu Melibatkan Allah - Hallo sahabat Berita Wawancara, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Selalu Melibatkan Allah, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Artikel Kabar, Artikel Berita, Artikel Berita Wawan cara, Artikel Fenomena, Artikel Indonesia, Artikel Islam, Artikel Islami, Artikel Muslim, Artikel Politik, Artikel Ragam, Artikel Unik, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Selalu Melibatkan Allah
link : Selalu Melibatkan Allah

Baca juga


Selalu Melibatkan Allah

Kamis 01 Juni 

Foto : Ilustrasi


Kajian Online Ramadhan - Meminjam kata-kata Dwi Suwiknyo : "Bila rezeki datang bertambah-tambah, dan diri kita kian sibuk tak sudah-sudah, hingga tak bisa lagi menikmati lezatnya ibadah, yakinkah hidup kita berbuah berkah?"

Alhamdulillah banyak teman-teman saya yang saat ini sudah bekerja. Melepas ketergantungan pada uang jajan yang diberikan orang tua. Bekerja penuh ikhtiar dan semangat dalam mencari nafkah. Nafkah untuk dirinya sendiri, bagi yang masih sendiri. Dan nafkah untuk berdua bagi yang sudah mendua (maksudnya telah menikah).

Akan ada banyak problem, dan masalah saat diri ini mulai menapaki kedewasaan. Menjauhi zona nyaman dan membuka tirai dunia yang sesungguhnya. Disatu sisi kita selalu merasa senang atas rezeki yang kita terima. Namun disisi lain, dada makin sesak, hati tak lagi nyaman untuk sedikit berdiam diri, bahkan otak pun harus dipaksa untuk berpikir lebih ekstra. Kenapa bisa demikian? ( BacaJaga Hati di Bulan Ramadhan )

Salah satu sebabnya ialah karena, saat mencoba membuka tirai, yang kita lihat adalah manusia. Kita melihat banyak manusia dibalik tirai itu. Pandangan yang searah, horizontal, dari penglihatan kita. Kita melihat ada banyak peluang, banyak solusi, banyak hiburan, dan yang lainnya saat melihat banyak manusia disana. Padahal penglihatan ini hanyalah sesaat, hingga kita lupa bahwa ada yang melihat kita, yang yakin bahwa kita mampu menjadi khalifah di muka bumi ini, mengingat-Nya, dan tanpa meninggalkan-Nya.

Sahabat, kita kadang lebih percaya pada sesama manusia daripada yang menciptakannya. Melihatnya sebagai pemberi solusi terbaik. Memandang sebagai pembuat peluang terbesar. Padahal, tidak sadarkah kita sudah dipercayai oleh-Nya. Dia menakdirkan diri untuk terlahir sebagai seorang Muslim, sejak diri ini membuka kelopak mata dan melihat dunia. Dia percaya pada kita, bahwa kita mampu mensyiarkan agama-Nya, mampu menjadi sebaik-baiknya ummat, menjadi suri tauladan bagi yang lainnya, mengajak kebaikan dan mencegah kemunkaran, beramar ma'ruf nahi munkar, melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Allah azza wa jalla believe ke kita, ke hamba-Nya, semuanya, tanpa terkecuali. Tapi, sudahkah kita mempercayai-Nya? Atau jangan-jangan justru lupa dan tak ingat pada-Nya? Padahal Allah selalu memberikan lebih baik jika kita mampu mengingat-Nya.

Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, yang artinya : "Allah Taala berfirman: Aku sesuai persangkaan hamba-Ku. Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku saat bersendirian, Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku di suatu kumpulan, Aku akan mengingatnya di kumpulan yang lebih baik daripada pada itu (kumpulan malaikat). Jika ia mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku mendekat kepadanya sehasta. Jika ia mendekat kepada-Ku sehasta, Aku mendekat kepadanya sedepa. Jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan (biasa), maka Aku mendatanginya dengan berjalan cepat." 

Sebaik itulah balasan Allah jika kita mengingat-Nya. Jika kita cinta, maka Dia sangat mencintai. Jika kita rindu, maka Dia sangatlah rindu. Jika kita sayang, maka Dia amatlah sayang. Namun, tak pernah sadar diri ini bahwa hanya Allah lah yang selalu memperhatikan kita. Jika pun tak cinta, Allah akan cinta. Jika pun tak rindu, Allah pasti rindu. Jika pun tak sayang, Allah bakal sayang. Tak ada yang mampu memberikan itu semua kecuali Allah azza wa jalla.

Sahabat, keadaan hati yang tenang, nyaman, tentram karena meng-Esa-kan Allah dan mengingat-Nya, itulah yang dinamakan Qalbun Muthmainun. Hati yang apa-apa harus Allah, apa-apa butuh Allah, apa-apa karena Allah, yang nolongin Allah, yang ngasih Allah, semuanya - karena yang diingat hanyalah Allah. Ro'funya bukan duit, ro'funya bukan pekerjaan, tapi Ar-Ro'fu ialah Allah subhanahu wa ta'ala. Allah tegaskan ini di surah Ar-Ra'du ayat 28, yang artinya : "(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram."

Karena jika sudah Allah yang diingatkan maka tidak ada lagi keinginan berbuat maksiat, "manhaatun anil itsmi", Allah sendiri yang mencabut keinginan untuk bermaksiat menjadi keinginan untuk senantiasa beribadah. Sehingga hati terasa nyaman, tentram, tenang. Tak ada nafsu yang menggelora. Tak ada penyakit hati, iri, dengki, dendam, hasud, dll. Tak ada gairah yang menggelora untuk berkuasa. Dan yakin ... bahwa ingin menjadi mulia pada pandangan-Nya, bukan dari mata para manusia. Terlebih di bulan Ramadhan ini.

Kajian Online Ramadhan 2017
Oleh : Ustadz Luqman Abdurrahman S., M.Pd.I



Demikianlah Artikel Selalu Melibatkan Allah

Sekianlah artikel Selalu Melibatkan Allah kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Selalu Melibatkan Allah dengan alamat link https://beritawawancara.blogspot.com/2017/06/selalu-melibatkan-allah.html

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Selalu Melibatkan Allah"

Posting Komentar