Judul : Kereta Api Indonesia Dulu, Kini dan Nanti
link : Kereta Api Indonesia Dulu, Kini dan Nanti
Kereta Api Indonesia Dulu, Kini dan Nanti
"Tiket masih ada Bu, tapi tinggal tiket yang tanpa tempat duduk. Arus balik masih ramai banget, mending nanti naik dari dari Stasiun Jebres, datang agak siangan biar dapat tempat duduk." Saya turut mendengarkan pembicaraan Ibu saya dengan seorang petugas di Stasiun Ceper. Waktu itu pukul 9 dah tiket kereta sudah habis terjual. Maklum hari itu masih H+7 sesudah Hari Raya Lebaran. Arus balik dari area Solo dan Jateng pasti padat. Meskipun bukan masa liburan pun biasanya saya memang harus antri sebelum jam 6 pagi agar dapat tiket. Beruntung hari itu saya masih dapat tiket kereta api Bengawan, lewat jalan belakang. Karena di loket depan sudah ditutup. Ibu saya menemui salah satu petugas di dalam dan syukurlah masih dapat tiket. Itulah gunanya koneksi gaes. Tiket yang sudah habis pun ternyata masih ada.
Stasiun Ceper memang hanya stasiun kecil. Hanya kelas kecamatan. Tapi selalu ramai karena banyak penumpang kereta berasal dari area Gunung Kidul. Masyarakat perbatasan Klaten dan Gunung Kidul memilih kereta api untuk mengantar mereka ke Ibukota. Tentunya lebih dekat dibandingkan mereka harus ke Stasiun Klaten ataupun Jogja.
Banyak orang memilih naik kereta? Alasan mendasar tentunya karena murah. Bayangkan, hanya dengan membayar sebesar 35 ribu rupiah kita bisa naik kereta dari Solo sampai di Jakarta. Bandingkan dengan tiket bus ekonomi seharga 85 ribu. Tentu lebih ringan naik naik kereta, apalagi para penumpang kereta Bengawan tentu dari kalangan masyarakat menengah ke bawah. Pergi ke ibukota bukan urusan piknik atau bersenang-senang. Melainkan urusan perut.
Kala itu tahun 2009. Saya iseng ikut mendaftar CPNS di salah satu kementrian di Jakarta karena dorongan Ibu temen saya. Beliau heran kenapa saya anteng nggak ikut sibuk daftar CPNS seperti anaknya. Dan menyarankan saya untuk ikut tes. Ibu saya yang nggak sekalipun ikut nyuruh-nyuruh latah meminta saya mencoba mendaftar. Pendaftaran secara online sudah saya lalui, saringan pertama lolos dan pendaftar diminta mengirimkan berkas ke Jakarta. Email yang mendadak membuat saya pun harus kerepotan mencari angkutan menuju Jakarta. Beruntung masih ada tiket, lewat jalan belakang.
Saran dari Bapak petugas langsung saya iyakan. Saya memilih naik kereta dari stasiun Jebres Solo. yang merupakaan stasiun awal pemberangkatan, jadi masih ada kemungkinan mendapat tempat duduk. Karena sistem tiket tanpa tempat duduk itu ya siapa cepat dia yang dapat.
Pukul dua siang saya sudah berada di Stasiun Jebres. Diantar kakanda yang dulu baru jadi tunangan saya ((cie cieeeee)). Sesuai jadwal kereta masih jam 5 sore baru berangkat, tapi diluar dugaan saya,pas saya masuk ke dalam gerbong ternyata sudah banyak penumpang yang duduk manis. Bisa dibilang kursi kosong hanya tinggal beberapa. Padahal ini baru distasiun pertama, gimana jadinya yang naik dari Stasiun Delanggu, Ceper atau bahkan Klaten. Pasti mereka harus dlosor di lantai gerbong.
Kereta Bengawan akan meninggalkan stasiun jam lima petang. Saya harus menunggu di dalam gerbong yang sudah mulai penuh orang, panas dan pengap selama 3 jam. Bisa kalian bayangkan saya duduk didalam kereta yang masih lama berangkatnya. Sendirian dan kegerahan. Kemudian ditambah 12 jam perjalanan dengan kereta yang pasti makin penuh sesak. Itulah kerasnya perjuangan jendral.
Mau masuk ke dalam kereta aja susah banget (sumber gambar beritatrans.com) |
Saya sudah beberapa kali naik kereta api ekonomi. Dan sudah tahu bagaimana rasanya tidak mendapat tempat duduk. Jika sejam dua jam sih masih mungkin untuk berdiri tapi jarak Klaten Jakarta itu hampir 12 jam. Berdiri selama itu bisa pingsan kali. Solusi jika ingin duduk ya cuma lesehan di lantai gerbong yang dingin, kotor dan sangat mungkin terinjak para penjaja asongan yang lewat hampir tiap waktu.
Suasana dalam kereta ekonomi 10 tahun yang lalu (sumber gambar suaramerdeka.com) |
Meskipun kita punya tempat duduk pun masih nggak nyaman, karena dibawah kaki ada orang yang dengan nyamannya menggelar tikar dan tidur dibawah kaki atau malah dibawah bangku. Bagi kalian yang belum pernah naik kereta ekonomi era tahun 90an dan awal 2000 pasti heran tapi ini kenyataan mas mbak. Pernah saya pulang dari Jakarta dan naik kereta dari Stasiun Jatinegara, kalau nggak salah stasiun ke 3 apa ya. Beruntung sih udah dapat tiket dengan tempat duduk, tapi pas mau naik susah banget karena sudah penuh. Melewati puluhan orang yang berdiri dalam gerbong. Baru duduk 15 menit tiba2 ada seorang Ibu dengan santainya langsung menggelar tikar di bawah kursi dan tidur dengan nyamannya. Pertama kali saya heran tapi lama kelamaan maklum, mungkin si Ibu sudah terbiasa, kulakan dari Pasar Senen dan bawa dagangan ke Solo. Nggak masalah tidur dilantai asal sampai di Solo. Dan saya cuma speechless.
Lalu saya pernah ndlosoran di lantai belum? Pernah donk. Pas ke Jakarta sama Ibu, dan adik saya kami cuma dapat 1 tiket yang pakai tempat duduk, tentu kami mengalah dan cuma Ibu yang duduk di kursi. Saya dan adik beralaskan koran duduk di lorong gerbong. Duduk di bawah pun juga berdesakan, selonjor nggak bisa gaes. Malah sering harus minggir agar tidak terinjak pedagang asongan yang wara-wiri dan serasa tak ada habisnya. Ternyata begini rasanya naik kereta ekonomi. Bahkan dua tahun yang lalu saya juga sempat selonjoeran santai di gerbong kereta api Prameks saat ke Solo. Nggak dapat tempat duduk dan bawa batita, yawis duduk dibawah aja daripada capek berdiri.
Kereta Api Indonesia Masa Kini
Ngomongin tentang kereta api pasti tak ada habisnya. Teman-teman di ibukota yang setiap hari harus naik KRL jaman dulu yang penuh sesak pasti sangat merasakan perbedaan kereta api yang dulu dan sekarang.
Kebetulan sebulan yang lalu saya ke Banyuwangi bersama keluarga naik kereta api Sri Tanjung. Meskipun kereta api ekonomi tapi fasilitasnya sudah sangat jauh berbeda dengan kereta ekonomi 10 tahun yang lalu :
1. Nggak perlu berdesak-desakan saat beli tiket
Dulu saya harus mengantri sejak pagi untuk bisa dapat tiket. Itupun belum tentu mendapatkan tempat duduk. Saat liburan bisa dipastikan loket kereta api bakal penuh sesak, sekarang kita bisa beli secara online, atau beli di minimarket yang bekerjasama dengan KAI.
2. Tak ada calo lagi
Di stasiun deket rumah ada rumor jika penduduk sekitar mendapatkan jatah tiket yang bisa dijual lagi. Jadi nggak heran jika loket baru buka sebentar eh kok tiket sudah habis dan jangan heran saya masih bisa beli tiket meskipun loket sudah penuh seperti yang saya ceritakan tadi. Tapi itu dulu, 10 tahun yang lampau. Pembelian langsung dan online meminimalisisr adanya calo, semua tertib dan tak ada KKN lagi gaes.
3. Ruang tunggu yang bersih dan sistem boarding pass
Naik kereta sekarang dah kayak naik pesawat lho. Ada boarding pass juga. Sebelum berangkat kita harus check in dulu maksimal 2x24 jam sebelum berangkat. Tiket yang tercetak itu yang digunakan saat memasuki Stasiun dan akan di cek oleh petugas di dalam kereta.
4. Kereta yang sangat bersih
Kereta ekonomi era jadul identik dengan kumuh. Lantai yang kotor, sampah para penumpang yang dibuang sembarangan belum lagi aroma nggak enak dari berbagai macam sumber. Kereta ekonomi sekarang bersih. Setiap kursi di dekatnya disiapkan tas plastik untuk tempat sampah. Berapa jam sekali ada petugas yang akan mengambil sampah dan membersihkan lantai.
5. Gerbong yang dingin dan wangi
Berdesakan didalam kereta dengan berbagai macam manusia tentu bukan hal yang menyenangkan. Berkeringat itu pasti, belum lagi jika ada penumpang yang membawa barang seperti ayam atau bahan baku yang menimbulkan aroma tidak enak. Pengen rasanya turun dari kereta. Sekarang yang saya dapatkan saat naik kereta hanya ruangan yang sejuk dan wangi. Pewangi ruangan yang berapa waktu sekali menyemprotkan parfum secara otomatis membuat gerbong senantiasa harum. AC nya yang dingin bikin betah, bahkan kadang terlalu dingin, jadi jangan lupa pakai jaket ya.
6. Pasti dapat tempat duduk
Kepastian yang tak pasti bukan hanya soal menunggumu say ((ihir)) tapi dapat tempat duduk atau enggak saat di kereta 10 tahun yang lalu itu bikin sakit hati. Beruntung manusia sekarang yang sudah bisa menikmati kereta api yang pasti ada tempat duduknya. Nggak ada istilah duduk di lantai atau berdiri. Semua penumpang dapat tempat duduk, jadi dont worry be happy yaks.
7. Toilet yang bersih
Salah satu mimpi buruk yang membuat saya parno naik kereta api adalah toilet yang kotor, tak ada air mengalir dan cuma ada ember kecil. Jujur saya memilih menahan pipis daripada kencing di toilet yang saat masuk saja saya sudah pengen muntah. Bayangkan jika harus menahan pipis berjam-jam gaes. Dan mimpi buruk itu nggak akan kamu temui sekarang. Toilet didalam kereta api ekonomi sekarang bersih, air kran mengalir lancar. Tak ada lagi ember, kita bisa menyiram kloset dengan hanya menekan satu tombol. Jet shower juga disediakan berikut wastafel kecil dengan sabun cair dan tissu.
8. Colokan listrik juga ada lho
Bagi kita di era digital selain gadget tentu aliran listrik sangat dibutuhkan. Apalagi jika harus menempuh perjalanan berjam-jam pasti sangat memelurkan colokan listrik untuk mencharge smartphone atau laptop. Waktu ke Jakarta tempo hari saya membawa laptop untuk membunuh kejenuhan, tak kuatir kehabisan batere karena sudah ada colokan listrik.
Sobat Prima jika pihak KAI sudah bekerja keras memfasilitasi kita agar kereta api semakin layak dan manusiawi kita juga harus patuh donk sama peraturan yang sudah ditetapkan. Ada beberapa hal yang dilarang saat naik kereta api :
1. Dilarang merokok, dan jika ketahuan akan diturunkan di stasiun terdekat (larangan ini berulang kali diputar)
2. Membawa tiket dan duduk sesuai nomor
3. Duduk atau tiduran di lantai
4. Telah disediakan tempat sampah di cantolan dekat kursi, dilarang membuang sampah sembarang
1. Dilarang merokok, dan jika ketahuan akan diturunkan di stasiun terdekat (larangan ini berulang kali diputar)
2. Membawa tiket dan duduk sesuai nomor
3. Duduk atau tiduran di lantai
4. Telah disediakan tempat sampah di cantolan dekat kursi, dilarang membuang sampah sembarang
So far PT. KAI sebagai BUMN yang menyediakan jasa angkutan kereta api telah berhasil memberikan pelayanan prima, tentunya ke depan PT KAI akan selalu bergerak maju dan semakin memperbaharui perkereta apian Indonesia baik itu dari segi pelayanan, sarana dan sistem.
Selamat ulang tahun PT KAI, jayalah selalu.
Demikianlah Artikel Kereta Api Indonesia Dulu, Kini dan Nanti
Sekianlah artikel Kereta Api Indonesia Dulu, Kini dan Nanti kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Kereta Api Indonesia Dulu, Kini dan Nanti dengan alamat link https://beritawawancara.blogspot.com/2017/09/kereta-api-indonesia-dulu-kini-dan-nanti.html
0 Response to "Kereta Api Indonesia Dulu, Kini dan Nanti"
Posting Komentar