Judul : Gethek Laut, Tradisi Turun Temurun Yang Masih Asri
link : Gethek Laut, Tradisi Turun Temurun Yang Masih Asri
Gethek Laut, Tradisi Turun Temurun Yang Masih Asri
Penulis : Hendra
Selasa 12 Desember 2017
Probolinggo,KraksaanOnline.com – Masyarakat nelayan di Desa Gejugan Kecamatan Pajarakan menggelar tradisi tahunan petik laut atau larung sesaji, Senin (11/12/2017) pagi. Ritual petik laut digelar sebagai ungkapan rasa syukur masyarakat nelayan kepada Allah Yang Maha Kuasa, lantaran perolehan tangkapan ikannya terus meningkat serta keamanan desa yang telah dirasakan masyarakat selama satu tahun ini.
Ritual diawali dengan kirab miniatur perahu yang oleh warga setempat disebut “gethek laut”. Pembuatan gethek ini dibiayai oleh pemerintah desa dan dibantu oleh seluruh warga masyarakat dalam pembuatannya. Sebelum dikirab gethek laut tersebut dihiasi dan diisi terlebih dahulu dengan sejumlah sesaji, seperti kepala sapi, ayam hidup, nasi kuning, lauk pauk dan hasil bumi serta beberapa pakaian.
Kemudian, gethek laut itu diarak bersama masyarakat dari rumah kepala desa menuju pelabuhan sambil diiringi sejumlah kesenian, seperti drumband dan kereta hias. Dalam kesempatan itu Asisten Administrasi Perekonomian dan Pembangunan Kabupaten Probolinggo Muh. Happy didampingi pejabat Forkopimka Pajarakan dan Kepala Desa Suharto juga turut serta dalam kirab tersebut dengan menaiki kereta hias.
Suharto, Kepala Desa Gejugan menjelaskan bahwa petik laut ini merupakan tradisi adat turun temurun yang harus dilaksanakan tiap tahun dimana pelaksanaannya juga bertepatan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. “Berkumpulnya seluruh warga desa ini juga sebagai sarana pengikat silaturahmi antar warga dan juga antar pemangku pemerintahan,” kata Suharto.
Sedangkan larung sesaji ini lanjut Suharto mempunyai perlambang untuk membuang hal-hal yang jelek untuk kemudian mengharap kebaikan-kebaikan yang dihasilkan oleh laut. “Biasanya usai petik laut ini masyarakat desa merasa tenang, bisa menikmati rezeki yang melimpah. Semoga tahun ini desa kami rezekinya melimpah, musibah dikurangi, makmur dan semakin kompak,” harapnya.
Sebelum di larung, gethek yang baru saja dikirab itu didoakan bersama dengan nasi ancak dan makanan yang juga telah disediakan oleh masyarakat. Doa khas petik laut ini merupakan perpaduan antara bahasa Arab, Jawa dan Madura. Disebut dalam doa itu beberapa sesepuh desa diantaranya adalah Bujuk Kakek Tambis, Nyai Tambis dan Rondo Kuning.
Akhirnya, gethek laut itu diarak menuju tepi pantai dengan diikuti warga masyarakat yang ingin menyaksikan proses larung saji ini. Sesampainya di tepi pantai, gethek laut itu dibawa ke tengah laut menggunakan perahu nelayan dengan diiringi puluhan perahu nelayan. (dra)
Demikianlah Artikel Gethek Laut, Tradisi Turun Temurun Yang Masih Asri
Sekianlah artikel Gethek Laut, Tradisi Turun Temurun Yang Masih Asri kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Gethek Laut, Tradisi Turun Temurun Yang Masih Asri dengan alamat link https://beritawawancara.blogspot.com/2017/12/gethek-laut-tradisi-turun-temurun-yang.html
0 Response to "Gethek Laut, Tradisi Turun Temurun Yang Masih Asri"
Posting Komentar