Judul : Ketika Analis Bicara Alutsista MV 22 Osprey
link : Ketika Analis Bicara Alutsista MV 22 Osprey
Ketika Analis Bicara Alutsista MV 22 Osprey
MV-22 Block C Osprey aircraft [Bellflight]
Rencana pembelian pesawat canggih buatan Amerika Serikat (AS), Bell-Boeing MV-22 Osprey, oleh Kementerian Pertahanan Republik Indonesia (Kemenhan RI), ternyata belum terealisasi. Malahan, Kemenhan menyebut belum ada rencana pembelian pesawat canggih yang sudah diperkenalkan pada 2007 silam.
Sebuah analisa bahkan menyebut, pesawat dengan kemapuan mendarat vertikal helikopter tak pernah masuk dalam rencana belanja Menteri Pertahanan (Menhan), Letjen TNI (Purn.) H. Prabowo Subianto. Laporan ini datang dan dikutip VIVA Militer dari media ternama kawasan Asia, Asia Times.
Awal Juni 2020, Kementerian Luar Negeri Amerika (US Departement of State), memberikan pernyataan bahwa pihaknya sudah memberikan lampu hijau kepada Indonesia untuk membeli pesawat Bell-Boeing MV-22 Osprey.
Menurut laporan Stars and Stripes yang dikutip VIVA Militer, Kementerian Luar Negeri Amerika menyebut bahwa Indonesia melalui Kemenhan akan membeli delapan unit pesawat canggih itu.
Kabarnya juga, Kemenhan siap menggelontorkan dana sebsar US$ 16 juta, atau setara dengan Rp 232,9 triliun, untuk memperkuat armada Tentara Nasional Indonesia (TNI) dengan pesawat tersebut.
"Penjualan yang diusulkan ini akan mendukung tujuan kebijakan luar negeri, serta tujuan keamanan nasional Amerika Serikat dengan meningkatkan keamanan mitra regional," bunyi pernyataan Badan Kerjasama Keamanan Pertahan Amerika.
"Ini adalah penting yang merupakan kekuatan bagi stabilitas politik, dan kemajuan ekonomi di kawasan Asia-Pasifik," lanjut pernyataan Badan Kerjasama Keamanan Pertahan Amerika.
Akan tetapi, Asia Times menyebut bahwa pernyataan Badan Kerjasama Pertahanan Amerika itu justru di luar dugaan. Pasalnya, pesawat Bell-Boeing MV-22 Osprey tak pernah masuk dalam rencana belanja Prabowo. Hal ini ditegaskan oleh Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kemenhan, Marsekal Madya TNI Donny Taufanto.
Di sisi lain, sejumlah analis militer juga menuding bahwa kegagalan pembelian Bell-Boeing MV-22 Osprey disebabkan masuknya nama Prabowo dalam daftar hitam Amerika.
Masuknya nama mantan Komandan Jenderal Kopassus (Danjen) TNI Angkatan Darat (TNI AD) dan Panglima Komando Strategis Cadangan Angkatan Darat (Kostrad) tak lepas dari peristiwa Kerusuhan Mei 1998. Hal ini yang dikaitkan sejumlah analis militer sebagai faktor utama batalnya pembelian Bell-Boeing MV-22 Osprey.
Prediksi para analis militer tak sepenuhnya benar. Sebab, Prabowo dan Menteri Pertahanan Amerika, Mark Esper, memiliki hubungan yang sangat baik. Esper dan Prabowo sama-sama hadir di Bangkok, Thailand, dalam sebuah konferensi keamanan regional pada 2019.
Rencana pembelian pesawat canggih buatan Amerika Serikat (AS), Bell-Boeing MV-22 Osprey, oleh Kementerian Pertahanan Republik Indonesia (Kemenhan RI), ternyata belum terealisasi. Malahan, Kemenhan menyebut belum ada rencana pembelian pesawat canggih yang sudah diperkenalkan pada 2007 silam.
Sebuah analisa bahkan menyebut, pesawat dengan kemapuan mendarat vertikal helikopter tak pernah masuk dalam rencana belanja Menteri Pertahanan (Menhan), Letjen TNI (Purn.) H. Prabowo Subianto. Laporan ini datang dan dikutip VIVA Militer dari media ternama kawasan Asia, Asia Times.
Awal Juni 2020, Kementerian Luar Negeri Amerika (US Departement of State), memberikan pernyataan bahwa pihaknya sudah memberikan lampu hijau kepada Indonesia untuk membeli pesawat Bell-Boeing MV-22 Osprey.
Menurut laporan Stars and Stripes yang dikutip VIVA Militer, Kementerian Luar Negeri Amerika menyebut bahwa Indonesia melalui Kemenhan akan membeli delapan unit pesawat canggih itu.
Kabarnya juga, Kemenhan siap menggelontorkan dana sebsar US$ 16 juta, atau setara dengan Rp 232,9 triliun, untuk memperkuat armada Tentara Nasional Indonesia (TNI) dengan pesawat tersebut.
"Penjualan yang diusulkan ini akan mendukung tujuan kebijakan luar negeri, serta tujuan keamanan nasional Amerika Serikat dengan meningkatkan keamanan mitra regional," bunyi pernyataan Badan Kerjasama Keamanan Pertahan Amerika.
"Ini adalah penting yang merupakan kekuatan bagi stabilitas politik, dan kemajuan ekonomi di kawasan Asia-Pasifik," lanjut pernyataan Badan Kerjasama Keamanan Pertahan Amerika.
Akan tetapi, Asia Times menyebut bahwa pernyataan Badan Kerjasama Pertahanan Amerika itu justru di luar dugaan. Pasalnya, pesawat Bell-Boeing MV-22 Osprey tak pernah masuk dalam rencana belanja Prabowo. Hal ini ditegaskan oleh Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kemenhan, Marsekal Madya TNI Donny Taufanto.
Di sisi lain, sejumlah analis militer juga menuding bahwa kegagalan pembelian Bell-Boeing MV-22 Osprey disebabkan masuknya nama Prabowo dalam daftar hitam Amerika.
Masuknya nama mantan Komandan Jenderal Kopassus (Danjen) TNI Angkatan Darat (TNI AD) dan Panglima Komando Strategis Cadangan Angkatan Darat (Kostrad) tak lepas dari peristiwa Kerusuhan Mei 1998. Hal ini yang dikaitkan sejumlah analis militer sebagai faktor utama batalnya pembelian Bell-Boeing MV-22 Osprey.
Prediksi para analis militer tak sepenuhnya benar. Sebab, Prabowo dan Menteri Pertahanan Amerika, Mark Esper, memiliki hubungan yang sangat baik. Esper dan Prabowo sama-sama hadir di Bangkok, Thailand, dalam sebuah konferensi keamanan regional pada 2019.
★ VIVAnews
Demikianlah Artikel Ketika Analis Bicara Alutsista MV 22 Osprey
Sekianlah artikel Ketika Analis Bicara Alutsista MV 22 Osprey kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Ketika Analis Bicara Alutsista MV 22 Osprey dengan alamat link https://beritawawancara.blogspot.com/2020/07/ketika-analis-bicara-alutsista-mv-22.html
0 Response to "Ketika Analis Bicara Alutsista MV 22 Osprey"
Posting Komentar