Judul : Kodam VI Mulawarman Rancang Puslatpur Modern
link : Kodam VI Mulawarman Rancang Puslatpur Modern
Kodam VI Mulawarman Rancang Puslatpur Modern
Latihan Perang Model Tentara NATO Ilustrasi ✈️
Modernisasi tak bisa dielakkan. Termasuk dalam hal pembangunan Pusat Latihan Tempur (Puslatpur) TNI Angkatan Darat. Menjaga kedaulatan negara adalah tugas pokok TNI, sehingga kesiapan tempur harus ditingkatkan.
Seiring perjalanan waktu model perang pun semakin berubah. Prajurit TNI wajib dibekali latihan menghadapi ancaman, bukan lagi perang gerilya namun modern.
“Semakin lama kita harus semakin modern. Perang kita tak selamanya gerilya saja,” kata Komandan Satuan Tugas Latihan Tugas, Kolonel Inf Muhammad Yasin saat dijumpai di Puslatpur Kodam VI Mulawarman, Amborawang, Kutai Kartanegara, Kamis (19/10) lalu.
Usai melaksanakan latihan yang diikuti 460 prajurit Raider baru‑baru ini di Puslatpur Amborawang, selain melaporkan hasil latihan Kolonel Yasin juga memaparkan rancangan peningkatan sarana dan prasarana latihan kepada Pangdam VI Mulawarman Mayjen TNI Subiyanto.
“Saya paparkan Sarpraslat Modern Amborawang. Panglima merespon positif. Puslatpur kita ikuti seperti Singapura dan pusat latihan Kostrad di Cibenda, Bogor,” tuturnya.
Sarpraslat Modern di Amborawang diproyeksikan dapat memfasilitasi latihan Fire Arms Training System (FATS) 300 MIL Immersive Virtual Training System. Di dalamnya terdapat sarana simulator latihan perorangan, yang mampu melakukan skenario operasi tempur bervariasi.
Dengan perlatan canggih seperti 300 derajat view menggunakan HD Screen dan 5.1 surround, Hit detection system dan recorded for AAR. Sistem latihan ini digunakan US Army dan US Marine sejak 2017.
Selain itu, Multiple Integrated Laser Engagement Systems (MILES) juga dirancang dalam Sarpraslat Modern Amborawang. Sebagai sarana latihan tempur TKT RU sampai dengan BDE Multi Korps. Prajurit dapat menggunakan laser sebagai sensor tembakan, yang dapat menimbulkan akibat sungguhan.
Model latihan ini digunakan mayoritas negara NATO, Australia, Singapura, Korea Selatan dan Jepang.
“Dapat digunakan di Jarti, Jatban dan Ranpur dalam berbagai skenario pertempuran kota,operasi khusus, penyergapan dan pertahanan. Setiap personel dan kendaraan direkam peregerakan dan tindakan yang dilakukan,” ungkapnya.
Digital Multi Purpose Range Complex (DMPRC) juga termasukan pengembangan Sarpraslat modern di Amborawang. Kelengkapan sarana latihan manuver tempur multi korps, baik latihan cabang maupun gabungan. Latihan tersebut menggunakan CCTV, sasaran diam dan bergerak.
“Dikendalikan dan dimonitor dengan sistem komputerisasi. Setiap personel dan kendaraan tempur direkam pergerakan dan tindakan untuk evaluasi,” jelas Kolonel Yasin.
Rancangan modernisasi sarpraslat tersebut direncanakan selesai dalam kurun waktu 5 tahun. Dengan rencana anggaran biaya (RAB) ditaksir hingga RP 136 miliar.
Dari model site plan yang direncanakan, nantinya bakal terdapat mess VVIP, tower air, gedung serbaguna, masjid, KSA, senkom, GOR, lapangan bola, barak, ruang makan, dapur, lapangan tembak pistol, lapbak 100 hingga 300 meter, bungker, pos tinjau, jalan klas I (50%), Jalan Klas II (605) dan Jalan Klas II (100%).
Memiliki kontur geografis yang wahid, membuat kawasan Amborawang dijadikan pusat latihan tempur TNI. Seluas 724 hektare kawasan latihan tempur dikuasai Kodam di atas tanah Amborawang. “Kontur geografis memenuhi syarat, ada gunung, hutan, air gak begitu susah, ada Tahura,” tuturnya.
Ditambah, lokasi latihan tempur tersebut dekat dengan laut. Hanya 4,2 kilometer dari batas ujung, bisa dijumpai garis pantai Amborawang Laut.
Sesuai arahan, melihat pemaparan evaluasi latihan prajurit Raider pada September 2018 lalu, Pangdam VI Mulawarman Mayjen TNI Subiyanto meminta agar Puslatpur Kodam VI ditata ulang. Modernisasi jadi kata kunci.
“Kita buat yang modern. Paling mendesak ini latihan Kavaleri, Desember 2018 nanti. Yang paling utama jalur dulu, pelebaran jalan sampai laut,” katanya.
Tribun diberi kesempatan melihat proses pelebaran akses jalan yang diproyeksikan sebagai jalur tank militer. Menaiki tank AMX 13 buatan perancis tahun 1960, ditemani Kapendam VI Mulawarman Kolonel Kav Dino Martino.
Pengamatan, Tribun, akses jalan yang dilalui masih tanah. Hujan yang turun di perjalanan membuat tanah basah dan becek. Namun hal itu tak jadi masalah bagi tank untuk melintasi jalan yang sedang dilakukan pelebaran.
“Dari pantai menuju base camp itu sekitar 7,1 kilometer. Nah kalau dari sini (patok batas kawasan Puslatpur) sekitar 4,2 kilometer. Ini yang sedang kami buka sampai ke Amborawang Laut,” ujarnya.
Beberapa rumah warga tampak berada di pinggir jalan. Tak hanya itu, lokasi stock pile batu bara juga tak sedikit.
Mereka berada tak jauh dari akses jalan penghubung tank dari laut ke Puslatpur Kodam VI. Beberapa alat berat pun tampak nangkring dibalut garis kuning militer.
“Sekarang saya diperintah buat jalan tank ke laut. Saya kerja di wilayah 724 hektare, itu halaman saya. Begitu lewat di sana, saya pasti laksanakan ganti rugi. Wajib sesuai kesepakatan masyarakat,” katanya.
Pelebaran jalan hingga penembusan sampai Amborawang, nantinya tak berguna sebagai jalur tank saja, namun, akses tersebut juga dapat digunakan masyarakat sekitar. Dengan catatan, apabila ada latihan tempur maka warga tak diperkenankan memakai akses jalan tersebut.
“Masyarakat boleh lewat situ, tak ekslusif. Tapi kalau Latihan jangan lewat dulu, apalagi beraktivitas. Latihan paling seminggu. Kita sudah sosialiaasi tahap 1, tahap 2. Sekarang menghitung karet. Tanahnya bebaskan, karetnya kita beli. Sesuai prosedur bukan ngawur. Janhan dihembuskan tentara gak mau bayar,” ungkapnya.
Fasilitas Modern
Kapendam VI Mulawarman Kolonel Kav Dino Martino, menambahkan belum ada daerah latihan tempur dimana kapal perang dapat menurunkan alutsista langsung ke darat. Di beberapa tempat ada yang bisa namun harus melintasi pemukiman warga. “Di sini bila terlaksana, langsung plong dan fokus,” katanya.
Apalagi ditunjang dengan fasilitas moderen yang saat ini tengah dirancang. Selain latihan militer juga dapat dipergunakan untuk latihan Pleton Tangkas (Ton Tangkas) prajurit. “Asops sudah ke sana (Singapura). Puslatpur mereka tapi kecil. Kita punya lahan yang lebih luas,” katanya.
“Justru itu, apabila ini jadi, Kodam lainnya bisa latihan batalyon pertempuran baik Kavalery, Armed dan Zipur. Ini akan jadi alternatif yang baik,” sambungnya.
Modernisasi tak bisa dielakkan. Termasuk dalam hal pembangunan Pusat Latihan Tempur (Puslatpur) TNI Angkatan Darat. Menjaga kedaulatan negara adalah tugas pokok TNI, sehingga kesiapan tempur harus ditingkatkan.
Seiring perjalanan waktu model perang pun semakin berubah. Prajurit TNI wajib dibekali latihan menghadapi ancaman, bukan lagi perang gerilya namun modern.
“Semakin lama kita harus semakin modern. Perang kita tak selamanya gerilya saja,” kata Komandan Satuan Tugas Latihan Tugas, Kolonel Inf Muhammad Yasin saat dijumpai di Puslatpur Kodam VI Mulawarman, Amborawang, Kutai Kartanegara, Kamis (19/10) lalu.
Usai melaksanakan latihan yang diikuti 460 prajurit Raider baru‑baru ini di Puslatpur Amborawang, selain melaporkan hasil latihan Kolonel Yasin juga memaparkan rancangan peningkatan sarana dan prasarana latihan kepada Pangdam VI Mulawarman Mayjen TNI Subiyanto.
“Saya paparkan Sarpraslat Modern Amborawang. Panglima merespon positif. Puslatpur kita ikuti seperti Singapura dan pusat latihan Kostrad di Cibenda, Bogor,” tuturnya.
Sarpraslat Modern di Amborawang diproyeksikan dapat memfasilitasi latihan Fire Arms Training System (FATS) 300 MIL Immersive Virtual Training System. Di dalamnya terdapat sarana simulator latihan perorangan, yang mampu melakukan skenario operasi tempur bervariasi.
Dengan perlatan canggih seperti 300 derajat view menggunakan HD Screen dan 5.1 surround, Hit detection system dan recorded for AAR. Sistem latihan ini digunakan US Army dan US Marine sejak 2017.
Selain itu, Multiple Integrated Laser Engagement Systems (MILES) juga dirancang dalam Sarpraslat Modern Amborawang. Sebagai sarana latihan tempur TKT RU sampai dengan BDE Multi Korps. Prajurit dapat menggunakan laser sebagai sensor tembakan, yang dapat menimbulkan akibat sungguhan.
Model latihan ini digunakan mayoritas negara NATO, Australia, Singapura, Korea Selatan dan Jepang.
“Dapat digunakan di Jarti, Jatban dan Ranpur dalam berbagai skenario pertempuran kota,operasi khusus, penyergapan dan pertahanan. Setiap personel dan kendaraan direkam peregerakan dan tindakan yang dilakukan,” ungkapnya.
Digital Multi Purpose Range Complex (DMPRC) juga termasukan pengembangan Sarpraslat modern di Amborawang. Kelengkapan sarana latihan manuver tempur multi korps, baik latihan cabang maupun gabungan. Latihan tersebut menggunakan CCTV, sasaran diam dan bergerak.
“Dikendalikan dan dimonitor dengan sistem komputerisasi. Setiap personel dan kendaraan tempur direkam pergerakan dan tindakan untuk evaluasi,” jelas Kolonel Yasin.
Rancangan modernisasi sarpraslat tersebut direncanakan selesai dalam kurun waktu 5 tahun. Dengan rencana anggaran biaya (RAB) ditaksir hingga RP 136 miliar.
Dari model site plan yang direncanakan, nantinya bakal terdapat mess VVIP, tower air, gedung serbaguna, masjid, KSA, senkom, GOR, lapangan bola, barak, ruang makan, dapur, lapangan tembak pistol, lapbak 100 hingga 300 meter, bungker, pos tinjau, jalan klas I (50%), Jalan Klas II (605) dan Jalan Klas II (100%).
Memiliki kontur geografis yang wahid, membuat kawasan Amborawang dijadikan pusat latihan tempur TNI. Seluas 724 hektare kawasan latihan tempur dikuasai Kodam di atas tanah Amborawang. “Kontur geografis memenuhi syarat, ada gunung, hutan, air gak begitu susah, ada Tahura,” tuturnya.
Ditambah, lokasi latihan tempur tersebut dekat dengan laut. Hanya 4,2 kilometer dari batas ujung, bisa dijumpai garis pantai Amborawang Laut.
Sesuai arahan, melihat pemaparan evaluasi latihan prajurit Raider pada September 2018 lalu, Pangdam VI Mulawarman Mayjen TNI Subiyanto meminta agar Puslatpur Kodam VI ditata ulang. Modernisasi jadi kata kunci.
“Kita buat yang modern. Paling mendesak ini latihan Kavaleri, Desember 2018 nanti. Yang paling utama jalur dulu, pelebaran jalan sampai laut,” katanya.
Tribun diberi kesempatan melihat proses pelebaran akses jalan yang diproyeksikan sebagai jalur tank militer. Menaiki tank AMX 13 buatan perancis tahun 1960, ditemani Kapendam VI Mulawarman Kolonel Kav Dino Martino.
Pengamatan, Tribun, akses jalan yang dilalui masih tanah. Hujan yang turun di perjalanan membuat tanah basah dan becek. Namun hal itu tak jadi masalah bagi tank untuk melintasi jalan yang sedang dilakukan pelebaran.
“Dari pantai menuju base camp itu sekitar 7,1 kilometer. Nah kalau dari sini (patok batas kawasan Puslatpur) sekitar 4,2 kilometer. Ini yang sedang kami buka sampai ke Amborawang Laut,” ujarnya.
Beberapa rumah warga tampak berada di pinggir jalan. Tak hanya itu, lokasi stock pile batu bara juga tak sedikit.
Mereka berada tak jauh dari akses jalan penghubung tank dari laut ke Puslatpur Kodam VI. Beberapa alat berat pun tampak nangkring dibalut garis kuning militer.
“Sekarang saya diperintah buat jalan tank ke laut. Saya kerja di wilayah 724 hektare, itu halaman saya. Begitu lewat di sana, saya pasti laksanakan ganti rugi. Wajib sesuai kesepakatan masyarakat,” katanya.
Pelebaran jalan hingga penembusan sampai Amborawang, nantinya tak berguna sebagai jalur tank saja, namun, akses tersebut juga dapat digunakan masyarakat sekitar. Dengan catatan, apabila ada latihan tempur maka warga tak diperkenankan memakai akses jalan tersebut.
“Masyarakat boleh lewat situ, tak ekslusif. Tapi kalau Latihan jangan lewat dulu, apalagi beraktivitas. Latihan paling seminggu. Kita sudah sosialiaasi tahap 1, tahap 2. Sekarang menghitung karet. Tanahnya bebaskan, karetnya kita beli. Sesuai prosedur bukan ngawur. Janhan dihembuskan tentara gak mau bayar,” ungkapnya.
Fasilitas Modern
Kapendam VI Mulawarman Kolonel Kav Dino Martino, menambahkan belum ada daerah latihan tempur dimana kapal perang dapat menurunkan alutsista langsung ke darat. Di beberapa tempat ada yang bisa namun harus melintasi pemukiman warga. “Di sini bila terlaksana, langsung plong dan fokus,” katanya.
Apalagi ditunjang dengan fasilitas moderen yang saat ini tengah dirancang. Selain latihan militer juga dapat dipergunakan untuk latihan Pleton Tangkas (Ton Tangkas) prajurit. “Asops sudah ke sana (Singapura). Puslatpur mereka tapi kecil. Kita punya lahan yang lebih luas,” katanya.
“Justru itu, apabila ini jadi, Kodam lainnya bisa latihan batalyon pertempuran baik Kavalery, Armed dan Zipur. Ini akan jadi alternatif yang baik,” sambungnya.
Demikianlah Artikel Kodam VI Mulawarman Rancang Puslatpur Modern
Sekianlah artikel Kodam VI Mulawarman Rancang Puslatpur Modern kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Kodam VI Mulawarman Rancang Puslatpur Modern dengan alamat link https://beritawawancara.blogspot.com/2018/10/kodam-vi-mulawarman-rancang-puslatpur.html
0 Response to "Kodam VI Mulawarman Rancang Puslatpur Modern"
Posting Komentar