Curhat Sedih Petani Cabai: Yang Rawit Untung, Yang Merah Buntung

Curhat Sedih Petani Cabai: Yang Rawit Untung, Yang Merah Buntung - Hallo sahabat Berita Wawancara, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Curhat Sedih Petani Cabai: Yang Rawit Untung, Yang Merah Buntung, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Berita, Artikel Berita Wawan cara, Artikel Fenomena, Artikel Indonesia, Artikel Islam, Artikel Islami, Artikel Kabar, Artikel Muslim, Artikel Politik, Artikel Ragam, Artikel Unik, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Curhat Sedih Petani Cabai: Yang Rawit Untung, Yang Merah Buntung
link : Curhat Sedih Petani Cabai: Yang Rawit Untung, Yang Merah Buntung

Baca juga


Curhat Sedih Petani Cabai: Yang Rawit Untung, Yang Merah Buntung

Curhat Sedih Petani Cabai: Yang Rawit Untung, Yang Merah Buntung
Foto Ilustrasi Petani Cabai : cirebonsatu

Kenaikan harga cabai rawit merah tak berjalan serupa dengan kenaikan harga cabai merah. Alhasil, tak ada peningkatan penghasilan petani cabai merah. Hal itulah yang dirasakan petani cabai merah di Desa Pawindan Kecamatan Ciamis Kabupaten Ciamis Andi Nuryadi.

Ia mengatakan kenaikkan harga cabai di pasar ternyata berbanding terbalik dengan pendapatannya. Pasalnya cabai merah yang ia tanam banyak yang busuk lantaran terserang ulat dan cuaca buruk. Alhasil, harga jualnya malah jatuh di pasaran.

"Satu kilogram cuma dijual 15 ribu rupiah. Padahal harga jual di pasar Rp 50 ribu per kilo. Padahal biasanya harganya naik, tapi justru saat ini berbalik murah dikalahkan cabai rawit,” katanya.

Ia juga menilai cuaca hujan yang mengguyur hampir setiap hari ikut membuat tanaman cabai lebih cepat busuk. Dengan begitu, ia mengalami kerugian cukup besar karena biaya produksi tak sesuai dengan penjualan hasil panen.

“Jadi, nanam sekarang rugi. Saya modal menam cabai ini habis Rp 35 juta. Ternyata tidak sampai kembali modal sama sekali karena cabai banyak yang busuk,” ujarnya.

Padahal menurutnya jika dalam cuaca bagus lahan setengah hektare yang dikelolanya mampu menghasilkan lima ton cabai. Adapun untuk saat ini, produksi tanamnya malah kurang dari satu ton. Dengan penyusutan hasil panen tersebut membuatnya bingung guna menanam cabai kembali. Pasalnya ia merasa tak punya lagi modal.

“Karena bukan haya saya saja yang tanaman cabai merah lokal busuk. Petani lainnya juga sama, ini semoga ada bantuan dari pemerintah ya bisa kasih atau permudahan modal kami untuk mulai menamam lagi," ucapnya.

Republika


Demikianlah Artikel Curhat Sedih Petani Cabai: Yang Rawit Untung, Yang Merah Buntung

Sekianlah artikel Curhat Sedih Petani Cabai: Yang Rawit Untung, Yang Merah Buntung kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Curhat Sedih Petani Cabai: Yang Rawit Untung, Yang Merah Buntung dengan alamat link https://beritawawancara.blogspot.com/2017/01/curhat-sedih-petani-cabai-yang-rawit.html

Subscribe to receive free email updates:

Related Posts :

0 Response to "Curhat Sedih Petani Cabai: Yang Rawit Untung, Yang Merah Buntung"

Posting Komentar